Senin, 31 Mei 2010

Lihat Hatimu!!

Rosulullah bersabda dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim
yang artinya: “Sesungguhnya di dalam tubuh ada
segumpal darah. jika segumpal darah tersebut
baik maka akan baik pulalah seluruh tubuhnya,
adapun jika segumpal darah tersebut rusak maka
akan rusak pulalah seluruh tubuhnya, ketahuilah
segumpal darah tersebut adalah hati. ” (Yang lebih
benar untuk penyebutan segumpal darah
( القلب ) tersebut adalah jantung, akan tetapi di
dalam bahasa Indonesia sudah terlanjur biasa
untuk menerjemahkan القلب dengan “hati”).
Maka hati bagaikan raja yang menggerakkan
tubuh untuk melakukan perbuatan-perbuatannya,
jika hati tersebut adalah hati yang baik maka
seluruh tubuhnya akan tergerak untuk
mengerjakan hal-hal yang baik, adapun jika
hatinya adalah hati yang buruk maka tentunya
juga akan membawa tubuh melakukan hal-hal
yang buruk. Hati adalah perkara utama untuk
memperbaiki manusia, Jika seseorang ingin
memperbaiki dirinya maka hendaklah ia
memperbaiki dahulu hatinya!!!
Ketahuilah, hati ini merupakan penggerak bagi
seluruh tubuh, ia merupakan poros untuk
tercapainya segala sarana dalam terwujudnya
perbuatan. Hati laksana panglima yang
memompa pasukannya untuk melawan musuh
atau melemahkan mereka sehingga mundur dari
medan peperangan. Karena hati disifatkan dengan
sifat kehidupan dan kematian, maka hati ini juga
dibagi dalam tiga kriteria yakni hati yang mati, hati
yang sakit dan hati yang sehat.
1. Hati yang Sehat
Yaitu hati yang selamat, hati yang bertauhid
(mengesakan Alloh dalam setiap peribadatannya),
di mana seseorang tidak akan selamat di hari
akhirat nanti kecuali ia datang dengan membawa
hati ini. Alloh berfirman dalam surat as-Syu ’ara
ayat 88-89:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ
إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ
سَلِيمٍ
“(Yaitu) hari di mana tidak berguna lagi harta dan
anak-anak kecuali mereka yang datang menemui
Alloh dengan hati yang selamat (selamat dari
kesyirikan dan kotoran-kotorannya). ” (QS. Asy
Syu’ara: 88,89)
Hati yang sehat ini didefinisikan dengan hati yang
terbebas dari setiap syahwat, selamat dari setiap
keinginan yang bertentangan dari perintah Alloh,
selamat dari setiap syubhat (kerancuan-kerancuan
dalam pemikiran), selamat dari menyimpang
pada kebenaran. Hati ini selamat dari beribadah
kepada selain Alloh dan berhukum kepada hukum
selain hukum Rosul-Nya. Hati ini mengikhlaskan
peribadatannya hanya kepada Alloh dalam
keinginannya, dalam tawakalnya, dalam
pengharapannya dalam kecintaannya Jika ia
mencintai ia mencintai karena Alloh, jika ia
membenci ia membenci karena Alloh, jika ia
memberi ia memberi karena Alloh, jika ia
menolak ia menolak karena Alloh. Hati ini terbebas
dari berhukum kepada hukum selain Alloh dan
Rosul-Nya. Hati ini telah terikat kepada suatu
ikatan yang kuat, yakni syariat agama yang Alloh
turunkan. Sehingga hati ini menjadikan syariat
sebagai panutan dalam setiap perkataan dan
perbuatannya.
Alloh berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ
وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ
اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
kalian bersikap mendahului Alloh dan Rosul-Nya,
bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ” (QS. Al
Hujurot: 1)
Pemilik hati yang sehat ini akan senantiasa dekat
dengan Al Quran, ia senantiasa berinteraksi
dengan Al Quran, ia senantiasa tenang,
permasalahan apapun yang dihadapinya akan
dihadapi dengan tegar, ia senantiasa bertawakal
kepada-Nya karena ia mengetahui semua hal
berasal dari Alloh dan semuanya akan kembali
kepada-Nya. Di manapun ia berada zikir kepada
Alloh senantiasa terucap dari lisannya, jika disebut
nama Alloh bergetarlah hatinya, jika dibacakan
ayat-ayatNya maka bertambahlah imannya.
Pemilik hati inilah seorang mukmin sejati, orang
yang Alloh puji dalam Firman-Nya:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا
ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ
وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ
زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman
(sempurna imannya) ialah mereka yang bila
disebut nama Alloh gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada
Allohlah mereka bertawakkal (berserah diri). ” (QS.
Al-Anfaal: 2)
2. Hati yang Mati
Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal
siapa Robbnya, ia tidak menyembah-Nya sesuai
dengan perintah-Nya, ia tidak menghadirkan
setiap perbuatannya berdasarkan sesuatu yang
dicintai dan diridhai-Nya. Hati ini senantiasa
berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan
dunia walaupun di dalamnya ada murka Alloh,
akan tetapi hati ini tidak memperdulikan hal-hal
tersebut, baginya yang terpenting adalah
bagaimana ia bisa melimpahkan hawa nafsunya.
Ia menghamba kepada selain Alloh, jika ia
mencinta maka mencinta karena hawa nafsu, jika
ia membenci maka ia membenci karena hawa
nafsu.
Alloh berfirman:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ
هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ
وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ
وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن
يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا
تَذَكَّرُونَ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya,
dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan
ilmu-Nya dan Alloh mengunci mati pendengaran
dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan
memberinya petunjuk sesudah Alloh
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu
tidak mengambil pelajaran ?” (QS. Al Jaatsiyah: 23)
Pemilik hati ini jika dibacakan kepadanya ayat-ayat
Al Quran maka dirinya tidak tergetar, ia senantiasa
ingin menjauh dari Al Quran, ia lebih senang
mendengar suara-suara yang membuatnya lalai,
ia lebih senang mendengar nyanyian, mendengar
musik, mendengar suara-suara yang
menggejolakkan hawa nafsunya. Pemilik hati ini
senantiasa gelisah, ia tidak tahu harus kepada
siapa ia menyandarkan dirinya, ia tidak tahu
kepada siapa ia berharap, ia tidak tahu kepada
siapa ia meminta, kehidupannya terombang-
ambing, ke mana saja angin bertiup ia akan
mengikutinya, ke mana saja syahwat
mengajaknya ia akan mengikutinya, wahai betapa
menderitanya pemilik hati ini!
3. Hati yang Sakit
Hati ini adalah hati yang hidup namun
mengandung penyakit. Hati ini akan mengikuti
unsur kuat yang mempengaruhinya, terkadang
hati ini cenderung kepada “kehidupan” dan
terkadang cenderung kepada “penyakit”. Pada hati
ini ada kecintaan kepada Alloh, keimanan,
keikhlasan dan tawakal kepada-Nya. Akan tetapi
pada hati ini juga terdapat kecintaan kepada
syahwat, ketamakan, hawa nafsu, dengki,
kesombongan dan sikap bangga diri.
Ia ada di antara dua penyeru, penyeru kepada
Alloh, Rosul dan hari akhir dan penyeru kepada
kehidupan duniawi. Seruan yang akan
disambutnya adalah seruan yang paling dekat
dan paling akrab kepadanya.
Pemilik hati ini akan senantiasa berubah-ubah,
terkadang ia berada dalam ketaatan dan kebaikan,
terkadang ia berada dalam maksiat dan dosa.
Amalannya senantiasa berubah sesuai dengan
lingkungannya, jika lingkungannya baik maka ia
berubah menjadi baik adapun jika lingkungannya
buruk maka ia akan terseret pula kepada
keburukan.
Demikianlah, hati yang pertama adalah hati yang
hidup, khusyu ’, tawadhu’, lembut dan selalu
berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang
gersang dan mati. Hati yang ketiga adalah hati
yang sakit, kadang-kadang dekat kepada
keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada
kebinasaan.
Maka wahai kaum muslimin! hendaknya kita
menginterospeksi diri kita sendiri, termasuk
dalam golongan yang manakah hati kita? apakah
hati kita termasuk dalam hati yang sehat, hati
yang sakit atau malah hati kita telah mati? Maka
renungkanlah Firman Alloh dalam surat Al-Kahfi
ayat 49:
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى
الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ
وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا
الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا
كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا
مَا عَمِلُوا حَاضِراً وَلَا يَظْلِمُ
رَبُّكَ أَحَداً
“Dan diletakkanlah kitab (kitab amalan perbuatan),
lalu kamu akan melihat orang-orang berdosa
ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di
dalamnya, dan mereka berkata: Aduhai celaka
kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan
yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan
ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa
yang telah mereka kerjakan hadir (tertulis). Dan
Tuhanmu tidak menganiaya seorang
juapun. ” (QS. Al Kahfy: 49)
Dan sebaliknya Firman-Nya dalam Surat Al-Kahfi
ayat 29-30:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ
مَنْ أَحْسَنَ عَمَلاً أُوْلَئِكَ لَهُمْ
جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهِمُ
الْأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ
أَسَاوِرَ مِن ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ
ثِيَاباً خُضْراً مِّن سُندُسٍ
وَإِسْتَبْرَقٍ مُّتَّكِئِينَ فِيهَا
عَلَى الْأَرَائِكِ نِعْمَ الثَّوَابُ
وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقاً
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-
nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan
amalan(nya) dengan yang baik. Mereka itulah
(orang-orang yang) bagi mereka surga ‘Adn,
mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam
surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan
mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus
dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil
bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah
pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat
yang indah.” (QS. Al Kahfy: 29,30)
Wahai zat yang membolak-bolakkan hati,
teguhkanlah hati kami diatas agamamu, wahai zat
yang membolak-balikkan hati tuntunlah hati kami
teguh di atas ketaatan kepada-Mu …
Sumber: http://muslim.or.id

Profil

Citayam (Ds: Rawa Panjang), Jawa Barat, Indonesia