Jumat, 28 Mei 2010

Bencana: Azab ataukah Ujian?

Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. bahwa Rasulullah
saw. bersabda, “Tidaklah suatu kaum yang
melakukan dengan terang-terangan berupa riba
dan zina, melainkan halal bagi Allah untuk
menimpakan azabnya kepada mereka. ” (HR.
Ahmad)
Cobaan dan ujian adalah sunnatullah yang Allah
‘ berlakukan’ terhadap hamba-hamba-Nya di
muka bumi. Ada beberapa gambaran mengenai
hal ini dari Alquran dan hadits. Setidaknya seperti
berikut.
1. Cobaan dan ujian adalah sarana untuk
mengungkap keimanan seseorang; apakah ia
benar-benar beriman atau tidak.
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira
bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
“ Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji
lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui
orang-orang yang dusta. ” (Al-Ankabut: 1-3)
2. Cobaan dan ujian merupakan hakikat dari
kehidupan manusia di dunia.
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala
kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun. (Al-Mulk: 1-2)
3. Cobaan dan ujian alat introspeksi diri dan
pelajaran agar manusia dapat lebih baik dalam
beribadah kepada Allah swt.
Maka Kami hukumlah Fir`aun dan bala tentaranya,
lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka
lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang
zalim. (Al-Qashas: 40)
4. Cobaan dan ujian sebagai sarana peningkatan
ketakwaan seseorang kepada Allah swt.
Dari Sa’d bin Abi Waqash, aku bertanya kepada
Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, siapakah
manusia yang paling berat cobaannya?” Beliau
menjawab, “Para nabi, kemudian orang-orang
yang seperti para nabi, kemudian orang-orang
yang seperti mereka. Seorang hamba diuji Allah
berdasarkan keimanannya. Jika keimanannya
kokoh, maka akan semakin berat cobaannya.
Namun jika keimanannya lemah, maka ia akan
diuji berdasarkan keimanannya tersebut. Dan
cobaan tidak akan berpisah dari seorang hamba
hingga nanti ia meninggalkannya berjalan di
muka bumi seperti ia tidak memiliki satu dosa
pun. (HR. Turmudzi).
5. Cobaan dan ujian merupakan salah satu bentuk
cinta Allah terhadap hamba-hamba-Nya.
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw.
bersabda, “Besarnya suatu pahala adalah
tergantung dari besarnya ujian dari Allah. Dan
sesungguhnya Allah swt. apabila mencintai suatu
kaum, Allah menguji mereka. Jika (dengan ujian
tersebut) mereka ridha, maka Allah pun
memberikan keridhaan-Nya. Dan siapa yang
marah (tidak ridha), maka Allah pun marah
terhadapnya.” (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah)
Bencana Alam: Antara Ujian dan Azab
Ketika bencana datang dan menimbulkan korban
dan kerugian yang besar –seperti gempa dan
tsunami di Aceh, banjir yang melumpuhkan
Jakarta – sering muncul pertanyaan: musibah ini
azab atau cobaan dari Allah?
Sesungguhnya kita telah punya jawabannya dari
ayat-ayat Alquran. Ketika Allah membinasakan
suatu kaum, di satu sisi hal tersebut adalah azab
yang Allah timpakan kepada mereka lantaran
kekufuran mereka kepada Allah swt. Namun, di
sisi lain itu merupakan ujian bagi kaum yang
beriman; supaya mereka lebih dapat
meningkatkan keimanannya kepada Allah swt.
Contoh, kisah Nabi Nuh a.s. yang dipaparkan
Allah dalam surat ayat 25-49. Di sana Allah
mengisahkan kaum Nabi Nuh senantiasa ingkar
dan tidak mau beriman kepada Allah swt., maka
Allah timpakan azab kepada mereka berupa banjir
yang sangat besar. Bahkan, Alquran
menggambarkan banjir itu datang dengan
gelombang seperti gunung. (Hud: 42).
Saat terjadi banjir besar itu, Nabi Nuh melihat
anaknya di tempat yang jauh terpencil. Lalu beliau
memanggilnya. Namun sang anak tidak mau
mengikuti, bahkan berlari ke arah bukit. Kemudian
Nabi Nuh berdoa agar Allah menyelamatkan
anaknya karena anak itu adalah anggota
keluarganya (Nuh : 45). Namun Allah
mematahkan logika manusiawi Nabi Nuh. Bagi
Allah, anak itu bukan termasuk keluarga Nabi Nuh
karena tidak mau beriman kepada Allah swt.
Peristiwa ini jika dilihat dari satu sisi adalah azab
yang Allah timpakan kepada kaum Nabi Nuh
karena keingkaran dan kekufuran mereka. Namun
di sisi yang lain peristiwa itu adalah ujian dan
cobaan sekaligus rahmat bagi orang-orang
beriman yang mengikuti Nabi Nuh.
Bagi Nabi Nuh sendiri, kejadian tersebut
merupakan ujian berat. Karena dengan mata
kepalanya sendiri dari bahtera yang dinaikinya, ia
menyaksikan anak kandungnya lenyap ditelan
ombak besar (Hud: 43). Orang tua mana yang
tega melihat anaknya meregang nyawa ditelan
ombak besar, sementara ia aman di atas sebuah
bahtera? Jadi, ini adalah cobaan yang begitu berat
bagi Nabi Nuh, sekaligus peringatan bagi Nabi
Nuh sendiri maupun bagi umatnya.
Sebab-sebab Terjadinya Bencana
Dalam Alquran banyak sekali diceritakan tentang
musibah dan bencana yang menimpa orang-
orang terdahulu. Dan, semua musibah dan
bencana besar yang pernah menimpa manusia–
diterangkan oleh Alquran—adalah selalu terkait
dengan kekufuran dan keingkaran manusia itu
sendiri kepada Allah swt. Silakan simak beberapa
data di bawah ini.
Kaum Nabi Nuh, Allah tenggelamkan dengan
banjir yang sangat dahsyat, yang tinggi
gelombangnya sebesar gunung (Hud: 42).
Hingga, tak ada makhluk pun yang tersisa
melainkan yang berada di atas kapal bersama
Nabi Nuh (Asyu ’ara’: 118).
Kaum nabi Syu’aib, Allah hancurkan dengan
gempa bumi yang dahsyat. Sampai-sampai
Alquran menggambarkan seolah-olah mereka
belum pernah mendiami kota tempat yang
mereka tinggali. Lantaran begitu hancurnya kota
mereka pasca gempa (Al-A ’raf: 92).
Kaum Nabi Luth, Allah hancurkan dengan
hujan batu. Alquran menggambarkan,
bangunan-bangunan tinggi hasil peradaban kaum
Nabi Luth menjadi rata dengan tanah (Hud: 82).
Kaum Tsamud (kaumnya Nabi Shaleh), juga
Allah hancurkan dengan gempa. Mereka mati
bergelimpangan di dalam rumah mereka sendiri
(Hud: 67).
Fir’aun dan pengikutnya dihancurkan oleh Allah
dengan ditenggelamkan ke dalam lautan hingga
tidak satu pun yang tersisa (Al-A ’raf: 136).
Karun beserta pengikutnya, Allah benamkan
mereka ke dalam bumi sehingga kekayaannya
sedikitpun tidak tersisa. Ini lantaran ia sombong
kepada Allah swt. (Al-Qashash:81).
Alquran juga mengabarkan bahwa bencana atau
musibah yang tidak terkait dengan kaum tertentu,
penyebabnya juga sama: karena kemaksiatan,
kufur, ingkar, dan mendustakan ayat-ayat Allah.
Penyebab yang paling ringan adalah karena
perbuatan tangan manusia sendiri yang merusak
alamnya (Ar-Rum: 41-42).
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah:
“ Adakan perjalanan di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah
orang-orang yang mempersekutukan (Allah). ”
Berikut adalah di antara ayat-ayat Alquran yang
berbicara mengenai bencana atau azab yang
menimpa suatu kaum kaum, termasuk diri kita.
Penyebab terjadi azab atau musibah adalah
lantaran mendustakan ayat-ayat Allah. Padahal
jika kita beriman, Allah akan membukakan pintu-
pintu keberkahan baik dari langit maupun dari
bumi. (Al-A ’raf: 96)
Penyebab terjadinya bencana atau musibah
adalah lantaran manusia menyekutukan Allah
dengan sesuatu (baca: syirik), seperti mengatakan
bahwa Allah memiliki anak.
Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah
mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya
kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang
sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah
karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-
gunung runtuh. Karena mereka mendakwa Allah
Yang Maha Pemurah mempunyai anak. (Maryam:
91)
Allah timpakan bencana kepada kaum yang
tidak mau memberikan peringatan kepada orang-
orang dzalim di antara mereka.
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak
khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di
antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat
keras siksaan-Nya. (Al-Anfal: 25)
Dalam hadits juga digambarkan bahwa azab
dan bencana itu bisa bersumber dari kemaksiatan
yang akibatnya dirasakan secara sosial. Di
antaranya adalah perbuatan zina dan riba.
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. bahwa Rasulullah
saw. bersabda, “Tidaklah suatu kaum mereka
melakukan dengan terang-terangan berupa riba
dan zina, melainkan halal bagi Allah untuk
menimpakan azabnya kepada mereka. ” (HR.
Ahmad)
Sesungguhnya masih banyak ayat dan hadits
yang memaparkan tentang sebab-sebab
terjadinya musibah atau bencana. Tapi, dari yang
dipaparkan di atas kita tahu bahwa setiap
musibah dan bencana selalu terkait dengan dosa
yang dilakukan oleh manusia. Bentuknya bisa
berupa membudayanya praktik riba dan zina.
Bisa juga karena mengkufuri nikmat Allah,
mendustakan ayat-ayat Allah, dan menyekutukan
Allah.
Karena itu, atas semua musibah dan bencana
yang tengah kita alami saat ini, seharusnya kita
mawasdiri: apakah ini azab akibat kemaksiatan
yang kita lakukan, ataukah cobaan untuk
meningkatkan ketakwaan kita? Yang pasti, tidak
ada waktu lagi bagi kita untuk tidak segera
bertaubat. Jangan sampai menunggu bencana
yang lebih besar kembali datang memusnahkan
kita. Ketika bencana itu datang, tak ada lagi kata
taubat diterima!

Profil

Citayam (Ds: Rawa Panjang), Jawa Barat, Indonesia