Selasa, 01 Juni 2010

Liang Kubur Awal Perjalana Kita Di Akhirat

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وكفى والصلاة والسلام على نبيه
المصطفى، أما بعد
Khalifah kaum muslimin yang keempat Utsman
bin Affan radhiyallahu ’anhu jika melihat
perkuburan beliau menangis mengucurkan air
mata hingga membasahi jenggotnya.
Suatu hari ada seorang yang bertanya:
تذكر الجنة والنار ولا تبكي وتبكي من هذا؟
“Tatkala mengingat surga dan neraka engkau
tidak menangis, mengapa engkau menangis
ketika melihat perkuburan ?” Utsman pun
menjawab, “Sesungguhnya aku pernah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إن القبر أول منازل الآخرة فإن نجا منه فما
بعده أيسر منه وإن لم ينج منه فما بعده أشد
منه
“Sesungguhnya liang kubur adalah awal
perjalanan akhirat. Jika seseorang selamat dari
(siksaan)nya maka perjalanan selanjutnya akan
lebih mudah. Namun jika ia tidak selamat dari
(siksaan)nya maka (siksaan) selanjutnya akan
lebih kejam. ” (HR. Tirmidzi, beliau berkata, “hasan
gharib”. Syaikh al-Albani menghasankannya
dalam Misykah al-Mashabih)
Bagaimanakah perjalanan seseorang jika ia telah
masuk di alam kubur? Hadits panjang al-Bara ’ bin
‘Azib yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
dishahihkan oleh Imam al-Hakim dan Syaikh al-
Albani menceritakan perjalanan para manusia di
alam kuburnya:
Suatu hari kami mengantarkan jenazah salah
seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dari golongan Anshar. Sesampainya di
perkuburan, liang lahad masih digali. Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun duduk
(menanti) dan kami juga duduk terdiam di
sekitarnya seakan-akan di atas kepala kami ada
burung gagak yang hinggap. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memainkan sepotong
dahan di tangannya ke tanah, lalu beliau
mengangkat kepalanya seraya bersabda,
“ Mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab
kubur!” Beliau ulangi perintah ini dua atau tiga kali.
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Seandainya seorang yang beriman
sudah tidak lagi menginginkan dunia dan telah
mengharapkan akhirat (sakaratul maut), turunlah
dari langit para malaikat yang bermuka cerah
secerah sinar matahari. Mereka membawa kain
kafan dan wewangian dari surga lalu duduk di
sekeliling mukmin tersebut sejauh mata
memandang. Setelah itu turunlah malaikat
pencabut nyawa dan mengambil posisi di arah
kepala mukmin tersebut. Malaikat pencabut
nyawa itu berkata, ‘Wahai nyawa yang mulia
keluarlah engkau untuk menjemput ampunan
Allah dan keridhaan-Nya ’. Maka nyawa itu
(dengan mudahnya) keluar dari tubuh mukmin
tersebut seperti lancarnya air yang mengalir dari
mulut sebuah kendil. Lalu nyawa tersebut diambil
oleh malaikat pencabut nyawa dan dalam sekejap
mata diserahkan kepada para malaikat yang
berwajah cerah tadi lalu dibungkus dengan kafan
surga dan diberi wewangian darinya pula. Hingga
terciumlah bau harum seharum wewangian yang
paling harum di muka bumi.
Kemudian nyawa yang telah dikafani itu diangkat
ke langit. Setiap melewati sekelompok malaikat di
langit mereka bertanya, ‘Nyawa siapakah yang
amat mulia itu?’ ‘Ini adalah nyawa fulan bin fulan’,
jawab para malaikat yang mengawalnya dengan
menyebutkan namanya yang terbaik ketika di
dunia. Sesampainya di langit dunia mereka
meminta izin untuk memasukinya, lalu diizinkan.
Maka seluruh malaikat yang ada di langit itu ikut
mengantarkannya menuju langit berikutnya.
Hingga mereka sampai di langit ketujuh. Di
sanalah Allah berfirman, ‘Tulislah nama hambaku
ini di dalam kitab ‘Iliyyin. Lalu kembalikanlah ia ke
(jasadnya di) bumi, karena darinyalah Aku
ciptakan mereka (para manusia), dan
kepadanyalah Aku akan kembalikan, serta
darinyalah mereka akan Ku bangkitkan. ’
Lalu nyawa tersebut dikembalikan ke jasadnya di
dunia. Lantas datanglah dua orang malaikat yang
memerintahkannya untuk duduk. Mereka berdua
bertanya, ‘Siapakah rabbmu?’, ‘Rabbku adalah
Allah’ jawabnya. Mereka berdua kembali
bertanya, ‘Apakah agamamu?’, ‘Agamaku Islam’
sahutnya. Mereka berdua bertanya lagi, ‘Siapakah
orang yang telah diutus untuk kalian?’ “Beliau
adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”
jawabnya. ‘Dari mana engkau tahu?’ tanya
mereka berdua. ‘Aku membaca Al-Qur’an lalu aku
mengimaninya dan mempercayainya’. Tiba-tiba
terdengarlah suara dari langit yang menyeru,
‘ (Jawaban) hamba-Ku benar! Maka hamparkanlah
surga baginya, berilah dia pakaian darinya lalu
bukakanlah pintu ke arahnya ’. Maka
menghembuslah angin segar dan harumnya
surga (memasuki kuburannya) lalu kuburannya
diluaskan sepanjang mata memandang.
Saat itu datanglah seorang (pemuda asing) yang
amat tampan memakai pakaian yang sangat
indah dan berbau harum sekali, seraya berkata,
‘ Bergembiralah, inilah hari yang telah dijanjikan
dulu bagimu’. Mukmin tadi bertanya, ‘Siapakah
engkau? Wajahmu menandakan kebaikan’. ‘Aku
adalah amal salehmu’ jawabnya. Si mukmin tadi
pun berkata, ‘Wahai Rabbku (segerakanlah
datangnya) hari kiamat, karena aku ingin bertemu
dengan keluarga dan hartaku.
Adapun orang kafir, di saat dia dalam keadaan
tidak mengharapkan akhirat dan masih
menginginkan (keindahan) duniawi, turunlah dari
langit malaikat yang bermuka hitam sambil
membawa kain mori kasar. Lalu mereka duduk di
sekelilingnya. Saat itu turunlah malaikat pencabut
nyawa dan duduk di arah kepalanya seraya
berkata, ‘Wahai nyawa yang hina keluarlah dan
jemputlah kemurkaan dan kemarahan Allah!’.
Maka nyawa orang kafir tadi ‘berlarian’ di sekujur
tubuhnya. Maka malaikat pencabut nyawa tadi
mencabut nyawa tersebut (dengan paksa),
sebagaimana seseorang yang menarik besi beruji
yang menempel di kapas basah. Begitu nyawa
tersebut sudah berada di tangan malaikat
pencabut nyawa, sekejap mata diambil oleh para
malaikat bermuka hitam yang ada di
sekelilingnya, lalu nyawa tadi segera dibungkus
dengan kain mori kasar. Tiba-tiba terciumlah bau
busuk sebusuk bangkai yang paling busuk di
muka bumi.
Lalu nyawa tadi dibawa ke langit. Setiap mereka
melewati segerombolan malaikat mereka selalu
ditanya, ‘Nyawa siapakah yang amat hina ini?’, ‘Ini
adalah nyawa fulan bin fulan’ jawab mereka
dengan namanya yang terburuk ketika di dunia.
Sesampainya di langit dunia, mereka minta izin
untuk memasukinya, namun tidak diizinkan.
Rasulullah membaca firman Allah:
لا تفتح لهم أبواب السماء ولا يدخلون الجنة
حتى يلج الجمل في سم الخياط
“Tidak akan dibukakan bagi mereka (orang-orang
kafir) pintu-pintu langit dan mereka tidak akan
masuk surga, sampai seandainya unta bisa
memasuki lobang jarum sekalipun. ” (QS. Al-A’raf:
40)
Saat itu Allah berfirman, ‘Tulislah namanya di
dalam Sijjin di bawah bumi’, Kemudian nyawa itu
dicampakkan (dengan hina dina). Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman
Allah ta’ala:
وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأنَّمَا خَرَّ
مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ
أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيْحُ فِي مَكَانٍ
سَحِيْقٍ
“Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan
Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit
lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan
angin ke tempat yang jauh. ” (QS. Al-Hajj: 31)
Kemudian nyawa tadi dikembalikan ke jasadnya,
hingga datanglah dua orang malaikat yang
mendudukannya seraya bertanya, ‘Siapakah
rabbmu?’, ‘Hah hah… aku tidak tahu’ jawabnya.
Mereka berdua kembali bertanya, ‘Apakah
agamamu?’ “Hah hah… aku tidak tahu’ sahutnya.
Mereka berdua bertanya lagi, ‘Siapakah orang
yang telah diutus untuk kalian?’ “Hah hah… aku
tidak tahu’ jawabnya. Saat itu terdengar seruan
dari langit, ‘Hamba-Ku telah berdusta! Hamparkan
neraka baginya dan bukakan pintu ke arahnya’.
Maka hawa panas dan bau busuk neraka pun
bertiup ke dalam kuburannya. Lalu kuburannya di
‘ press’ (oleh Allah) hingga tulang belulangnya
(pecah dan) menancap satu sama lainnya.
Tiba-tiba datanglah seorang yang bermuka amat
buruk memakai pakaian kotor dan berbau sangat
busuk, seraya berkata, ‘Aku datang membawa
kabar buruk untukmu, hari ini adalah hari yang
telah dijanjikan bagimu ’. Orang kafir itu seraya
bertanya, ‘Siapakah engkau? Wajahmu
menandakan kesialan!’, ‘Aku adalah dosa-dosamu’
jawabnya. ‘Wahai Rabbku, janganlah engkau
datangkan hari kiamat’ seru orang kafir tadi. (HR.
Ahmad dalam Al-Musnad (XXX/499-503) dan
dishahihkan oleh al-Hakim dalam Al-Mustadrak
(I/39) dan al-Albani dalam Ahkamul Janaiz hal.
156)
Itulah dua model kehidupan orang yang telah
masuk liang kubur. Jika kita menginginkan untuk
menjadi orang yang dibukakan baginya pintu ke
surga dan diluaskan liang kuburnya seluas mata
memandang maka mari kita berusaha untuk
memperbanyak untuk beramal saleh di dunia ini.
Suatu amalan tidak akan dianggap saleh hingga
memenuhi dua syarat:
1. Ikhlas
2. Sesuai dengan tuntunan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
Banyak sekali dalil-dalil dari Al-Qur’an maupun
hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang merupakan landasan dua syarat di atas.
Di antara dalil syarat pertama adalah firman Allah
ta ’ala:
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, dan yang demikian itulah
agama yang lurus. ” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Di antara dalil syarat kedua adalah sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد
“Barang siapa yang melakukan suatu amalan
yang tidak sesuai dengan petunjukku, maka
amalan itu akan ditolak. ” (HR. Muslim dalam
Shahih-nya (III/1344 no 1718))
Allah menghimpun dua syarat ini dalam firman-
Nya di akhir surat Al-Kahfi:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ
يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ
إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو
لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا
صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ
رَبِّهِ أَحَدًا
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorang pun dalam beribadat kepada
Tuhannya. ” (QS. Al-Kahfi: 110)
Maka mari kita manfaatkan kehidupan dunia yang
hanya sementara ini untuk benar-benar beramal
saleh. Semoga kelak kita mendapatkan
kenikmatan di alam kubur serta dihindarkan dari
siksaan di dalamnya, amin.
Wallahu ta’ala a’lam, wa shallallahu ‘ala nabiyyyina
muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.
Tulisan ini terinspirasi dari kitab Majalis Al-
Mu ’minin Fi Mashalih Ad-Dun-Ya Wa Ad-Din Bi
Ightinam Mawasim Rabb Al-’Alamin, karya Fu’ad
bin Abdul Aziz asy-Syahlub (II/83-86)

http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/liang-kubur-awal-perjalanan-kita-di-akhirat.html

Profil

Citayam (Ds: Rawa Panjang), Jawa Barat, Indonesia