Kamis, 03 Juni 2010

Risalah Tuk Saudara Tercinta

الحمد لله وكفى، وصلاة وسلاما على عباده
الذين اصطفى .. أما بعد :
Sesungguhnya setiap manusia akan mengalami
kesudahan. Betapa pun lezatnya dia merasakan
kenikmatan hidup di dunia, betapa pun panjang
umurnya, betapa pun dia memuaskan syahwat
dan meneguk kenikmatan dunia, dirinya tetap
akan mengalami kesudahan. Kematian! Itulah
kesudahan tersebut. Sesuatu yang tidak dapat
dihindari. Allah ta’ala berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati.” (QS. Ali Imran: 185)
Seorang penyair berkata,
كل ابن أنثى وإن طالت سلامته
يوما على آلة حدباء محمول
Setiap manusia, betapa pun panjang umurnya
Kelak di suatu hari, dirinya akan terusung di atas
keranda
Pada hari tersebut seluruh makhluk kembali
menghadap kepada Allah jalla wa ‘ala agar
seluruh amalan mereka dihisab. Allah ta’ala
berfirman,
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ
إِلَى اللَّهِ
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi
pada) hari yang pada waktu itu kamu semua
dikembalikan kepada Allah.” (QS. Al Baqarah: 281)
Hari yang sering terlupakan, hari yang paling
akhir, hari di mana kerongkongan tersekat. Tiada
hari setelahnya dan tidak ada yang semisal
dengannya. Itulah hari yang dahsyat dan telah
Allah tetapkan bagi seluruh makhluk-Nya, baik
yang muda maupun yang tua, yang terpandang
maupun yang hina. Itulah hari kiamat, pertemuan
yang telah dijanjikan.
Namun sebelum itu, ada waktu di mana setiap
manusia berpindah dari kampung yang penuh
tipu daya menuju kampung abadi sesuai dengan
amalannya. Pada waktu itu, manusia akan
melayangkan pandangannya yang terakhir kali
kepada anak dan kerabatnya, dirinya akan
memandang dunia ini untuk kali yang terakhir. Di
saat itulah, tanda-tanda sekarat akan nampak di
wajahnya. Muncul rasa sakit dan tarikan nafas
yang teramat dalam dari lubuk hatinya.
Di waktu itu, manusia akan mengetahui betapa
hinanya dunia ini. Di waktu itu, dirinya akan
menyesali setiap waktu yang telah disia-
siakannya. Dirinya akan memanggil, “Wahai
Rabb-ku!”,
رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ
صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
“Dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke
dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap
yang telah aku tinggalkan.” (QS. Al Mu’minuun:
99-100)
Di waktu itulah, kebinasaan dan kematian akan
menjemputnya. Malaikat maut akan
menghampirinya seraya memanggil dirinya.
Duhai! Apakah yang akan dia serukan? Seruan
menuju surga ataukah seruan menuju neraka?!!
Ketahuilah, sesungguhnya pengasingan yang
hakiki adalah pengasingan dalam lahad tatkala diri
diliputi kain kafan. Tidakkah anda membayangkan
bagaimana anda diletakkan di atas dipan, tiba-tiba
tangan para handai taulan mengguncang tubuh
anda (agar anda tersadar). Sekarat semakin keras
anda alami dan kematian menarik ruh anda di
setiap urat. Kemudian ruh tersebut kembali
menuju kepada Pencipta-nya. Alangkah
dahsyatnya kejadian itu!
Para keluarga pun datang dan menyalati anda,
kemudian menurunkan jasad anda ke dalam
kubur. Sendirian, tanpa seorang pun yang
menemani. Ibu dan bapak tidak lagi menemani,
saudara pun tidak ada yang akan menenangkan.
Di sanalah seorang akan merasakan keterasingan
dan ketakutan yang teramat sangat. Dalam
sekejap, hamba akan berpindah dari kampung
yang hina menuju negeri yang dipenuhi
kenikmatan jika dirinya termasuk seorang yang
bertaubat, beriman dan mengerjakan amal yang
shalih. Atau sebaliknya, dia akan menuju negeri
kesengsaraan dan dipenuhi azab yang pedih, bila
dirinya termasuk seorang yang buruk amalnya
dan senang mendurhakai Sang Pencipta jalla wa
‘ala.
Sisi kehidupan dunia yang menipu telah dilipat,
dan nampaklah di hadapan hamba ketakutan di
hari kebangkitan. Hiburan dan kesenangan
berlalu, dan yang tersisa hanyalah kelelahan (di
hari berbangkit). Dalam sekejap, lembaran hidup
seorang tertutup, entah lembaran hidupnya
diwarnai dengan kebaikan atau sebaliknya
diwarnai dengan keburukan. Timbul dalam hati,
penyesalan terhadap hari-hari yang telah dilalui
dalam keadaan lalai dari mengingat Allah dan hari
akhir.
Demikianlah, dunia dan seisinya berlalu dan
berakhir sedemikian cepatnya. Dan sekarang
dirinya menghadapi tanda-tanda kesengsaraan di
depan matanya. Ruhnya kembali kepada
penciptanya dan berpindah menuju kampung
akhirat dengan berbagai keadaannya yang begitu
menakutkan. Dalam sekejap, dirinya kembali
menjadi sesuatu yang tidak dapat disebut. Dalam
sekejap, seorang singgah di awal persinggahan
akhirat dan menghadapi kehidupan yang baru.
Entah itu kehidupan yang bahagia, atau kehidupan
yang mengenaskan. Wal ‘iyadzu billah.
Terdapat kubur yang penghuninya saling
berdekatan dan berbeda-beda tingkat
keshalihannya, itulah kubur yang didiami oleh
penghuni yang senantiasa merasakan kenikmatan
dan kesenangan.
Ada pula kubur yang terletak di lapis terbawah
dan dipenuhi siksaan yang teramat pedih.
Penghuninya berteriak, namun tidak ada seorang
pun yang menjawabnya. Dirinya meminta agar
dikasihani, namun tidak seorang pun yang
mampu memenuhi permintaannya.
Kemudian, dirinya akan menemui hari yang telah
dijanjikan. Suatu hari, ketika bumi diganti dengan
bumi yang lain dan demikian pula langit dan
seluruh makhluk di Padang Mahsyar berkumpul
menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi
Maha Perkasa. Suatu hari, yang pada hari itu
seorang tidak mampu menolong orang yang
dikasihinya sedikit pun.
Tatkala malaikat penyeru memanggil, keluarlah
seluruh mayit dari kubur menuju Rabb-nya
dalam keadaan bertelanjang kaki, tak berbaju dan
tidak berkhitan. Mereka tidak lagi memiliki pertalian
nasab, juga kemuliaan, tidak pula kedudukan dan
harta.
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا
أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا
يَتَسَاءَلُونَ . فَمَنْ ثَقُلَتْ
مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ . وَمَنْ خَفَّتْ
مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ
خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ
خَالِدُونَ . تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ
النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ
“Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi
pertalian nasab di antara mereka pada hari itu,
dan tidak ada pula mereka saling bertanya.
Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya,
maka mereka itulah orang-orang yang
mendapatkan keberuntungan. Barangsiapa yang
ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-
orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka
kekal di dalam neraka Jahanam. Muka mereka
dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka
itu dalam keadaan cacat.” (QS. Al Mukminuun:
101-104).
Pada hari itu, Allah mengumpulkan seluruh umat,
baik yang terdahulu maupun yang datang
kemudian. Di hari itu, kecemasan dan kesabaran
tercerai berai. Pada hari itu, berbagai catatan amal
disebar dan dipancanglah berbagai timbangan
amal. Di hari itu, seorang akan lari dari
saudaranya, dari ibu dan bapaknya, juga dari istri
dan anaknya. Hari di mana seorang pelaku
maksiat (kafir) menginginkan, jika sekiranya dia
dapat menebus dirinya dari azab hari itu dengan
anak-anaknya, istrinya, saudaranya serta kaum
kerabat yang telah melindunginya di dunia.
Wahai Saudara Tercinta
Wahai anda yang bermaksiat kepada Allah.
Bayangkanlah dirimu berdiri di antara para
makhluk, lalu anda dipanggil, “Manakah gerangan
fulan bin fulan? Mari bergegas ke hadapan Allah!”
Engkau pun menggigil ketakutan, kedua kaki dan
seluruh tubuhmu gemetar ketakutan. Raut
wajahmu pun berubah dan dirimu diliputi
kegelisahan, kebingungan dan kerisauan yang
hanya Allah-lah mengetahui (keadaanmu).
Bayangkanlah dirimu berdiri di hadapan Sang
Pencipta langit dan bumi, sementara hati dan
anggota tubuhmu ketakutan, dengan pandangan
tertunduk lagi hina. Tangan anda memegang
catatan amal yang berisikan segala amalan anda
yang rendah lagi hina. Anda pun membacanya
dengan lidah yang kelu dan hati yang kacau.
Dirimu pun merasa malu terhadap Zat yang
senantiasa berbuat baik kepadamu dan selalu
menutup aibmu.
Maka jawablah! Bagaimanakah anda akan
menjawab, ketika Dia bertanya kepadamu tentang
suatu kesalahan yang merupakan dosa
terbesarmu? Bagaimanakah anda akan berdiri di
hadapannya dan sanggupkah engkau
memandangnya? Bagaimana hati anda sanggup
menahan perkataan-Nya yang mulia serta
berbagai pertanyaan dan teguran-Nya?
Bagaimana jika Dia mengingatkan terhadap segala
bentuk penentanganmu terhadap-Nya,
kemaksiatan yang anda lakukan, kurangnya
perhatian terhadap larangan dan pengawasan-
Nya terhadap dirimu? Bagaimana jika Dia
mengingatkan akan lemahnya perhatianmu untuk
menaati-Nya di dunia?
Apa yang akan anda katakan jika Dia bertanya
kepadamu, “Wahai hamba-Ku, mengapa engkau
tidak memuliakan-Ku?! Apakah engkau tidak malu
kepada-Ku?! Apakah engkau tidak merasa bahwa
Aku mengawasimu?! Bukankah Aku telah berbuat
baik dan memberikan nikmat kepadamu?! Apakah
yang telah memperdayakanmu sehingga berbuat
durhaka kepada-Ku?
Wahai Saudara Tercinta
Bayangkanlah para pelaku kebaikan tatkala
dikeluarkan dari kubur! Wajah mereka bersinar
putih sebagai tanda kebajikan yang telah mereka
lakukan. Mereka keluar dari kubur dengan tanda
tersebut sebagai anugerah dari Allah Zat yang
Mahamulia. Para malaikat menyambut mereka
sembari berkata, “Inilah hari yang telah dijanjikan
kepada kalian”. Bayangkanlah tatkala Allah ta’ala
berkata, “Wahai para malaikat-Ku, masukkanlah
para hamba-Ku ke dalam surga yang dipenuhi
berbagai kenikmatan, masukkanlah mereka ke
dalam keridaan yang agung.” Segala puji bagi
Allah, mereka pun hidup dalam kehidupan yang
menyenangkan. Surga-surga dibukakan bagi
mereka, bidadari mengelilingi untuk melayani
mereka. Hilanglah sudah, kecemasan dan
keletihan yang mereka alami.
Sebaliknya, bayangkanlah nasib jiwa yang zalim
lagi gemar bermaksiat kepada-Nya. Allah berkata
kepada malaikat-Nya, “Peganglah dia, lalu
belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian
masukkanlah dia ke dalam api neraka yang
menyala-nyala. Sungguh amarah-Ku telah
memuncak terhadap orang yang tidak malu
ketika bermaksiat kepada-Ku.”
Akhirnya, jiwa yang zalim lagi penuh dosa
menghuni neraka yang menyala dan
bergemuruh. Jiwa tersebut senantiasa berangan-
angan, jika sekiranya ia mampu kembali ke dunia
agar dapat bertaubat kepada Allah dan
mengerjakan amal yang shalih. Namun, hal
tersebut mustahil terjadi. Maka tertelungkuplah ia
di atas keningnya, terjatuh ke dalam jurang-
jurang kegelapan dan terombang-ambing di
antara tangga-tangga neraka dan lapisan neraka
terbawah, terombang-ambing di antara
penyesalan dan malapetaka.
Alangkah jauh perbedaan kedua golongan
tersebut, antara mereka yang berada dalam surga
dan mereka yang berada dalam neraka. Sungguh
benar firman Allah,
إِنَّ الأبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ . وَإِنَّ
الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang banyak
berbakti benar-benar berada dalam surga yang
penuh kenikmatan. Dan sesungguhnya orang-
orang yang durhaka benar-benar berada dalam
neraka.” (QS. Al Infithaar: 13-14).
Wahai Saudara Tercinta
Bagi anda yang membaca risalah ini, rehatlah
sejenak dan mari berintrospeksi diri! Jika anda
termasuk golongan yang bersegera dalam
melaksanakan ketaatan dan peribadatan kepada
Allah serta menjauhi maksiat dan kedurhakaan
kepada-Nya, maka pujilah Allah atas nikmat
tersebut, mohonlah keteguhan kepada-Nya
hingga maut datang menjemput dan dengan
seizin Allah kenikmatan akan anda raih tanpa ada
yang merebutnya darimu.
Namun, jika anda tidak termasuk di dalamnya,
maka segeralah bertaubat kepada Allah dan
kembalilah ke jalan petunjuk. Janganlah anda
menentang dan senantiasa mengerjakan maksiat,
karena hal tersebut akan menghantarkan anda
kepada adzab Allah.
Sungguh diri anda teramat lemah untuk memikul
dan menahan adzab-Nya. Gunung yang tinggi
lagi kokoh jika dilabuhkan sejenak di neraka, maka
dia akan meleleh dikarenakan panasnya yang
teramat sangat. Bagaimana dengan diri anda,
wahai manusia yang lemah?
Anda mungkin dapat sabar dalam menahan lapar
dan dahaga, juga mampu untuk sabar menahan
derita musibah dan beban hidup. Namun, demi
Allah, Zat yang tiada sesembahan yang berhak
disembah selain-Nya, anda tidak akan mampu
bersabar dalam menahan azab neraka.
Jauhkanlah diri anda dari azab neraka selama di
dunia ini, sebelum penyesalan menghampiri anda
dan waktu tidak mampu terulang kembali.
Ketahuilah, bersabar untuk meninggalkan perkara
yang diharamkan di dunia ini lebih mudah
ketimbang bersabar menahan azab-Nya di hari
kiamat kelak.
Ketahuilah saudaraku, menempuh jalan
keteguhan tidaklah sulit untuk dijalani dan
mengekang kebebasan seperti anggapan
sebagian orang. Justru, di dalamnya terdapat
kebahagiaan, kelezatan, kenyamanan dan
ketenangan. Apalagi yang manusia butuhkan di
kehidupan ini selain hal tersebut?
Sebaliknya, kehidupan yang diwarnai kemaksiatan
dan kedurhakaan, seluruhnya dipenuhi oleh rasa
cemas, kemalangan dan kerugian di dunia serta
akan dilanjutkan dengan kepedihan azab di akhirat
kelak.
Tempuhlah jalan petunjuk itu wahai saudaraku
dan janganlah dirimu ragu. Sesungguhnya, diriku
hanyalah pemberi nasihat bagi diriku sendiri dan
bagimu dan sudilah kiranya dirimu
menerimanya.
Selesai diterjemahkan dari artikel “Rihlah ilaa Daaril
Qarar” tanggal 23 Dzulqa’dah 1428 H
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه
أجمعين

Profil

Citayam (Ds: Rawa Panjang), Jawa Barat, Indonesia